Tugas Geometrik Jalan

1. HRS , AC/WC
Gambar konstruksi laston AC-WC, AC-BC, dan AC-Base
Di Indonesia, Aspal beton (Asphalt Concrete atau AC) yang disebut juga dengan Laston (Lapisan Aspal Beton) merupakan lapis permukaan struktural atau lapis pondasi atas. Aspal beton terdiri dari tiga macam lapisan, yaitu Laston Lapis Aus ( Asphalt Concrete-Wearing Course atau AC-WC), Laston Lapis Permukaan Antara (Asphalt Concrete -Binder Course atau AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi ( Asphalt Concrete- Base atau AC-Base).
Asphalt Concrete – Wearing Course (AC-WC)


Asphalt Concrete -Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan. AC-WC mempunyai tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston lainnya.
Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC)
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus (wearing course) dan di atas lapisan pondasi (base course ). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan di bawahnya yaitu base dan sub grade (tanah dasar). Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.
Asphalt Concrete – Base (AC-Base)
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1983) Laston Atas atau lapisan pondasi atas (AC- Base) merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Lapisan ini terletak di bawah lapis pengikat (AC- BC), perkerasan tersebut tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan. Lapis Pondasi (AC- Base) berfungsi untuk memberi dukungan lapis permukaan, mengurangi regangan dan tegangan, menyebarkan dan meneruskan beban konstruksi jalan di bawahnya (sub grade).
Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal
1. Latasir tidak lebih dari 2,0 mm
2. Lataston Lapis Aus (HRS-WC) tidak lebih 3,0 mm
3. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) tidak lebih 3,0 mm
4. Laston Lapis Aus (AC-WC) tidak lebih 3,0 mm
5. Laston Lapis Antara (AC-BC) tidak lebih 4,0 mm
6. Laston Lapis Pondasi (AC-Base) tidak lebih 5,0 mm
Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal
1. Latasir kelas A (SS-A). Tebal nominal minimumnya adalah 1,5 cm
2. Latasir kelas B (SS-B). Tebal nominal minimumnya adalah 2 cm
3. Lataston Lapis Aus (HRS-WC). Tebal nominal minimumnya adalah 3,0 cm
4. Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base). Tebal nominal minimumnya adalah 3,5 cm
5. Laston Lapis Aus (AC-WC). Tebal nominal minimumnya adalah 4 cm
6. Laston Lapis Antara (AC-BC). Tebal nominal minimumnya adalah 6 cm.
7. Laston Lapis Pondasi (AC-Base). Tebal nominal minimumnya adalah 7,5 cm
Tabel Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Beraspal


2. STABILITAS TANAH
Dalam pengertian luas, yang dimaksud stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu guna memeprbaiki sifat-sifat teknis tanah atau dapat pula, stabilisasi tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanag agar memenuhi syarat teknis tertentu.
Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan tanah lain untuk memeproleh gradasi yang dinginkan, atau pencampuran tanah dengan bahan tambah buatan pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik. Guna merubah sifat-sifat teknis tanah, seperti kapasitas dukung, komprebilitas, permabilitas, kemudahan dikerjakan, potensi pengembangan dan sensifitas terhadap perubahan kadar air, maka dapat dilakukan dengan cara penanganan dari yang paling mudah, seperi pemadatan sampai teknik yang lebih mahal, seperti mencampur tanah dengan semen, kapur, abu terbang, injeksi semen, dan pemanasan.
Dalam pembnagunan perkerasan jalan, stabilisasi tanahdidefinisikan sebagai perbaikan material jalan lokal yang ada, dengan cara stabilisasi mekanis atau dengan cara menambahkan suatu bahan tambah ke dalam tanah. Dalam perancangan perkerasan jalan, kualitas setiap lapisan pembentuk perkerasan harus mampu menahan geseran, lendutan berlebihan yang menyebabkan retaknya lapisan di atasnya dan mencegah deformasi permanen yang berlebihan akibat memadatnya material penyusun. Jika materialtanah distabilisasi,
maka kualitasnya menjadi bertambah dan kemampuan lapisan tersebut dalam mendistribusikan beban ke area yang lebih luas juga bertambah, sehingga mereduksi tebal lapisan perkerasan yang dibutuhkan.
Dalam suatu proyek, landasan kerja untuk alat berat membutuhkan permukaan jalan yang kuat. Untuk itu bila tanah di lokasi proyek tidak memenuhi syarat, maka dibutuhkan penaganan tanah lebih dulu agar tanah tersebut mempunyai kapasitas dukung yang cukup, sehingga alat berat bisa bekerja. Dengan penanganan tersebut, waktu pelaksanaan menjadi lebih cepat dan efesien. Stabilisasi dilakukan bila tanah di lokasi proyek tidak memenuhi syarat bila digunakan untuk rekayasa bangunan tertentu.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan bila tanah di tempat tidak emenuhi syarat untuk pembangunan struktur, adalah:
1. Membongkar material di lokasi dan menggantikannya dengan material yang sesuai.
2. Merubah atau memperbaiki sifat-sifat tanah di tempat, sehingga material tersebut memenuhi syarat

3. CBR (California Bearing Ratio)
CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang dikembangkan oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan cara ini dapat dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat perkerasan.
Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR sesuai dengan SNI-1744-1989. Nilai kekuatan tanah tersebut digunakan sebagai acuan perlu tidaknya distabilisasi setelah dibandingkan dengan yang disyaratkan dalam spesifikasinya.
Pengujian CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Nilai CBR dihitung pada penetrasi sebesar 0.1 inci dan penetrasi sebesar 0.2 inci dan selanjutnya hasil kedua perhitungan tersebut dibandingkan sesuai dengan SNI 03-1744-1989 diambil hasil terbesar.
Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen) antara tekanan yang diperlukan untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3 inch 2 dengan kecepatan 0,05 inch/menit terhadap tekanan yang diperlukan untuk menembus bahan standard tertentu. Tujuan dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air pemadatan. Untuk menentukan kekuatan lapisan tanah dasar dengan cara percobaan CBR diperoleh nilai yang kemudian dipakai untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang nilai CBRnya tertentu (Wesley,1977) Dalam menguji nilai CBR tanah dapat dilakukan di laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada kontruksi jalan baru merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini disebut CBR rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR laborataorium. Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan perkerasan diatasnya akan semakin tipis dan semakin kecil nilai CBR (daya dukung tanah rendah), maka akan semakin tebal lapisan perkerasan di atasnya sesuai beban yang akan dipikulnya.
Ada dua macam pengukuran CBR yaitu :
1. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 0.254 cm (0,1”) terhadap penetrasi standard besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi).
Nilai CBR = (PI/70,37) x 100 % ( PI dalam kg / cm2 )
2. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm (0,2”) Terhadap penetrasi standard yang besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi)
Nilai CBR =PI/105,56) x 100 % ( PI dalam kg / cm2 )
Dari kedua hitungan tersebut digunakan nilai terbesar.
CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
a. CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)
b. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked Design CBR)
Pada pengujian CBR laboratorium rendaman pelaksanaannya lebih sulit karena membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR laboratorium tanpa rendaman.
Sedang dari hasil pengujian CBR laboratorium tanpa rendaman sejauh ini selalu menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR laboratorium rendaman.

Gambar Alat CBR

4. LEAN CONCRETE
Rabat beton lantai kerja atau sering disebut lean concrete merupakan lapisan beton bermutu rendah dengan ketebalan umumnya sekitar 5 cm yang biasa terbuat dari campuran beton 1 pc : 3 ps : 5 kr atau bisa juga menggunakan beton readymix B0 atau readymix K-125 tergantung persyaratan dari pihak Perencana). Rabat beton lantai kerja biasa diperhitungkan dalam satuan m3 atau dapat juga dalam m2.

Rabat beton lantai kerja biasa ada di antara urugan pasir urug dan pondasi serta sloof beton bertulang. Fungsi dari lantai kerja adalah untuk memudahkan pekerja berdiri (tidak kotor dan becek), sebagai cetakan atau bekisting beton pada sisi bawah yang bersifat permanen, sebagai perata permukaan dan penstabil permukaan, dan sebagai penahan kelembaban / rembesan air.
Selain itu dengan menggunakan beton lantai kerja pada saat pelaksanaan pekerjaan pembesian pondasi akan dapat dilaksanakan dengan kondisi yang lebih bersih / tidak kotor oleh tanah.
Setelah lantai kerja mengeras baru dilaksanakan pekerjaan pembesian tulangan beton untuk pondasi dan sloof, kemudian dilakukan pekerjaan bekisting sisi sampingnya, dan terakhir dilakukan pekerjaan pengecoran betonnya.
5. IP ( INDEKS PLASTISITAS )
Indeks plastisitas (IP) adalah merupakan parameter yang penting sebagai tolak ukur stabilitas tanah sebagai tanah dasar. Plastic Limit dan Plasticity Index of Soils (Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah). Standar pengujian batas plastis dan indeks plastisitas tanah.
Batas plastisitas tanah adalah kadar air (water content) yang dinyatakan dalam persen (%) terhadap massa tanah kering oven. Batas plastisitas ini merupakan batas antara keadaan plastis dengan semi solid dari tanah. Kadar air pada batas ini dianggap terjadi pada kadar air pada batas ini dianggap terjadi pada kadar air terendah dimana tanah dapat digelintir menjadi suatu gelintiran tanah berdiameter 1/8 inch (3,2 mm) tanpa menjadikan gelintiran-gelintiran tanah tersebut menjadi putus.
· Hitungan
· Batas plastis (plastis limit) adalah kadar air yang dinyatakan dalam persen (%) terhadap berat kering oven tanah sebagai berikut:
Plastic limit = ((massa air)/(massa tanah kering oven)) x 100%
· Indeks plastisitas (plasticity index) adalah selisih antara batas cair dan batas plastisnya.
Indeks plastisitas (PI) = batas cair (LL) - batas plastis (PL).
· Laporkan selisih seperti tersebut diatas sebagai indeks plastisitas, kecuali bila terjadi hal-hal sebagai berikut :
> Bila batas cair atau batas plastis tak dapat ditentukan, maka indeks plastisitas dinyatakan sebagai NP (non plastic).
> Bila tanah banyak mengandung pasir, maka test batas plastis (plastic limit) harus dilaksanakan sebelum penentuan batas cair dilakukan. Bila batas plastis tanah tidak dapat ditentukan maka dapat dilaporkan batas cair dan batas plastis sebagai NP.
> Bila batas plastis sama dengan atau lebih besar dari batas cair, maka batas plastis dinyatakan sebagai NP.


6. BAHAN STABILITAS TANAH SELAIN KAPUR DAN SEMEN
Dalam pengertian luas, yang dimaksud Stabilitas tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah atau dapat pula , stabilitas tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu.
Berbagai cara digunakan untuk memperbaiki kekuatan dari tanah lempung ekspansif, diantaranya dengan penambahan bahan kimia (stabilisasi secara kimiawi). ... Hasil penelitian menunjukkan bahan stabilisasi garam dapur (NaCl) dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanik tanah lempung ekspansif.
· Stabilisasi Tanah dengan Garam Dapur (NaCl)
Struktur NaCl meliputi anion di tengah dan kation menempati pada rongga octahedral.
Larutan garam merupakan suatu elektrolit, yang mempunyai gerakan brown dipermukaan
yang lebih besar dari gerakan brown pada air murni sehingga bisa menurunkan air dan larutan ini menembah gaya kohesi antar partikel sehingga ikatan partikel menjadi lebih rapat (Bowles, 1984), selain itu larutan ini bisa memudahkan didalam memadatkan tanah (Ingles dan Metcalf, 1972). Stabilitas tanah adalah upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat asal tanah pada dasarnya stabilisasi yang menggunakan garam mempunyai prinsip yang sama dengan stabilisasi yang menggunakan zat kimia lainnya. Keuntungan yang dihasilkan adalah menaikkan kepadatan dan menambah kekuatan tanah. Tanah dengan LL (liquit limits) yang tinggi biasanya memberikan reaksi yang bagus dengan penambahan garam ini (Ingles dan Metcalf, 1972).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
kesimpulan sebagai berikut :
a. Penggunaan bahan campuran garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung Ekspansif mampu menurunkan kadar air dari tanah asli sebesar 15,73% menjadi 4,63% pada campuran 50%. Dan diikuti menurunnya berat isi kering dari 1.855 gram/cm3 menjadi 1.545 gram/cm3. pada campuran NaCl 50%.
b. Pemakaian bahan campuran garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi terhadap tanah lempung ekspansif mampu menurunkan besarnya nilai PI (Indeks Plastisitas) pada tanah lempung ekspansif sebesar 55.780% pada campuran 50% sebesar 30.250%.
c. Pemakaian bahan campuran garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi terhadap tanah lempung ekspansif mampu menurunkan nilai berat jenis tanah pada semua
perlakuan terhadap tanah lempung ekspansif sebesar 2.352 menjadi 2.150 pada
campuran NaCl 50%.
d. Penambahan garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi dapat meningkatkan kepadatan tanah lempung ekspansif sebesar 1,542 gram/cm3 menjadi 1,698 gram/cm3. Hal ini disebabkan oleh adanya air yang semula mengisi pori-pori pada tanah digantikan dengan bahan campuran garam dapur (NaCl), sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi penggantian kation dan pembentukan butiran tanah yang lebih besar.
e. Pada penambahan bahan garam dapur (NaCl), terjadi penurunan nilai pengembangan tanah yang diikuti dengan meningkatnya nilai CBR tanah pada tanah lempung ekspansif sebesar 3.033% menjadi 7.957%. Ini menunjukkan bahwa dengan penambahan bahan campuran garam dapur (NaCl) mampu memperkecil potensi pengembangan pada tanah asli sebesar 10.512% menjadi 7.549%. Turunnnya potensi pengembangan dan meningkatnya daya dukung tersebut disebabkan oleh adanya pengikatan yang erat antar butiran tanah akibat pengaruh garam dapur (NaCl), sehingga membentuk tanah menjadi lebih kokoh dan kedap air.
f. Dari pengujian Unconfined diperoleh peningkatan nilai kuat tekan bebas pada setiap perlakuan terhadap tanah lempung ekspansif sebesar 1.880 kg/cm2 menjadi 5.030 kg/cm2 . Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi pengikatan yang erat antara parikel partikel tanah dengan garam dapur (NaCl).


7. AMP ( Asphalt Mixing Plant )
Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu
AMP dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Apabila ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai jenis AMP, yaitu:
a) AMP jenis takaran (batch plant)
b) AMP jenis drum pencampur (drum mix)
c) AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran (timbangan) atau jenis drum pencampur.
Perbedaan utama dari AMP jenis timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan proses bekerjanya. Pada AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan sedangkan pada AMP jenis pencampur drum komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per satuan waktu.
Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP, tujuan dasarnya adalah sama. Yaitu untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang mengandung bahan pengikat dan agregat yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi .
Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur(mixer/pugmill) dalam waktu tertentu. Pengaturan besarnya bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk menyesuaikan gradasi agregat dengan rencana komposisi campuran, sehingga aliran material ke masing - masing bin pada bin panas menjadi lancar dan berimbang.
Pada AMP jenis pencampur drum, agregat panas langsung dicampur dengan aspal panas di dalam drum pemanas atau di dalam silo pencampur di luar drum pemanas. Penggabungan agregat dilakukan dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa aspal.
Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut adalah; AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot bin), timbangan (weight hopper) dan pencampur (pugmill/mixer) sedangkan pada AMP jenis pencampur drum kelengkapan tersebut tidak tersedia. Tentunya kedua jenis AMP tersebut juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama dilengkapi bin dingin, pengontrol dan pengumpul debu serta pencampur.
Bagian-bagian AMP jenis timbangan adalah :
1. Bin dingin (cold bins)
2. Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin (cold feed gate)
3. Sistem pemasok agregat dingin (cold elevator)
4. Pengering (dryer)
5. Pengumpul debu (dust collector)
6. Cerobong pembuangan (exhaust stack)
7. Sistem pemasok agregat panas (hot elevator)
8. Unit ayakan panas (hot screening unit)
9. Bin panas (hot bins)
10. Timbangan Agregat (weigh box)
11. Pencampur (mixer atau pugmill)
12. Penyimpanan bahan pengisi (mineral filler storage)
13. Tangki aspal (hot asphalt storage)
14. Sistem penimbangan aspal (aspal weigh bucket)

Gambar AMP jenis takaran ( batch plant )

Gambar AMP jenis pencampur drum (drum mix)

Gambar Tipikal tata letak AMP jenis takaran dan pencampur drum
Di Indonesia sebagian besar jenis AMP yang ada adalah dari AMP jenis takaran.Sementara jenis drum relatif sedikit dengan kapasitas yang kecil. AMP jenis menerus seperti yang banyak dimiliki beberapa Kotamadya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Gradasi agregat kurang begitu terjamin kesesuaiannya dengan gradasi pada FCK, disebabkan karena kontrolnya hanyalah dilakukan dari bukaan pintu bin dingin saja, dan tidak terdapatnya kontrol kedua seperti pada jenis AMP takaran.
Pengaturan jumlah pasokan agregat tidak begitu teliti jika hanya mengandalkan pengaturan bukaan bin dingin tanpa ada alat kontrol lain (misalnya pengontrol kecepatan ban berjalan).
Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan agregat panas sangat tergantung dari viskositas aspal, sehingga apabila terjadi penurunan temperatur aspal akan menyebabkan jumlah aspal yang diberikan tidak sesuai dengan kadar aspal optimum pada JMF.
Temperatur campuran kadang-kadang terjadi penyimpangan
Kelebihan AMP tipe drum adalah pengoperasiannya lebih sederhana dan mudah, item pengontrolan lebih sedikit.


8. GEOTEKSTIL
Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara moderen dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak.

Gambar Penggunaan Geotekstil
Beberapa fungi dari geotekstil yaitu:
a. Untuk perkuatan tanah lunak.
b. Untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
c. Sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.

Gambar Perbedaam Memakai Geotextile
Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan timbunan tanah pada kasus:
· Timbunan tanah diatas tanah lunak
· Timbunan diatas pondasi tiang
· Timbunan diatas tanah yang rawan subsidence
· Timbunan Tanah Diatas Tanah Lunak
Pada hakekatnya, timbunan diatas tanah lunak merupakan masalah daya dukung. Pertimbangan lain adalah bahwa stabilitas timbunan kritis pada akhir konstruksi. Hal ini dikarenakan permeabilitas tanah lempung lunak yang tidak memungkinkan pengaliran dan konsolidasi pada masa konstruksi. Pada akhir konstruksi, beban telah diterapkan, tetapi tidak ada peningkatan kuat geser tanah akibat konsolidasi.
Sesudah konsolidasi terjadi, peningkatan kuat geser umumnya menghilangkan perlunya perkuatan geotextile untuk menambah stabilitas. Untuk memperoleh peningkatan kuat geser, tinggi timbunan harus sedemikian sehingga pada awal kosntruksi mengakibatkan tegangan vertikal yang melewati tegangan pra-konsolidasinya.
Jadi fungsi geotextile adalah mempertahankan stabilitas sampai tanah lunak terkonsolidasi (kuat geser meningkat berarti) sampai saat dapat memikul beban timbunan itu sendiri.
Keuntungan yang dapat diambil dari penggunaan geotekstil perkuatan tanah lunak adalah Konstruksi sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan, menghemat waktu pelaksanaan, menghemat biaya konstruksi. Sedangkan kerugian dari penggunaan geotekstil adalah bahwa geotekstil tidak tahan terhadap sinar ultra violet. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan penutupan berupa pasangan batu kali ataupun dengan bahan lainya.



Previous
Next Post »